Buku Panduan Pelaksanaan Hari Kesiapsiagaan Bencana Tahun 2019
Buku Panduan Pelaksanaan Hari Kesiapsiagaan Bencana Tahun 2019 merupakan Panduan Resmi Petunjuk Tekhnis (Juknis) Pelaksanaan Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB) Tahun 2019 yang diterbitkan oleh Pihak Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dimana kegiatan yang dimaksud akan serentak dilaksanakan pada tanggal 26 April.
Untuk mensukseskan pelaksanaan Simulasi Evakuasi Bencana di Sekolah maka diterbitkanlah Buku Panduan Pelaksanaan HKB Tahun 2019 dengan uraian yang akan membuat lebih memahami tentang kegiatan tersebut. Adapun isinya seperti berikut ; Indonesia terletak di kawasan Cincin Api Pasifik yang secara geografis dan klimatologi mempunyai tantangan untuk melindungi dan memperkuat masyarakat dari ancaman risiko bencana.
Disamping itu isi dari Buku Panduan Pelaksanaan Simulasi Evakuasi Bencana Serentak Di Sekolah juga menjelaskan bahwa Pergerakan tiga lempeng tektonik besar, yaitu lempeng Indo Australia di bagian selatan, lempeng Samudera Pasifik di sebelah timur, lempeng Eurasia di sebelah utara (dimana disebagian besar wilayah Indonesia) dan disertai daerah aliran sungai (5.590 DAS) mengakibatkan risiko bencana geologi seperti gempabumi, tsunami, erupsi gunungapi (127 gunung api aktif) maupun gerakan tanah/ longsor.
Dampak pemanasan global dan pengaruh perubahan iklim pada wilayah perairan laut Indonesia cenderung menimbulkan potensi terjadinya berbagai jenis bencana hidrometeorologi, seperti banjir, kekeringan, cuaca dan gelombang ekstrem, abrasi, serta kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Dalam Buku Panduan Pelaksanaan Hari Kesiapsiagaan Bencana Tahun 2019 dijelaskan bahwa hasil kajian risiko bencana yang disusun BNPB tahun 2015: jumlah jiwa terpapar risiko bencana kategori sedang-tinggi tersebar di 34 provinsi mencapai 254.154.398 jiwa.
Juga Buku Panduan Pelaksanaan HKB Tahun 2019 memaparkan bahwa Gambaran tren bencana global ke depan juga akan cenderung meningkat karena pengaruh beberapa faktor, seperti: meningkatnya jumlah penduduk; urbanisasi; degradasi lingkungan; kemiskinan; dan pengaruh perubahan iklim Rangkaian kejadian bencana memberikan pelajaran agar kita lebih siap dalam mengurangi dampak buruk bencana: Selama tahun 2018, terdapat 2.572 kejadian bencana, yang mengakibatkan 4.814 jiwa meninggal dunia dan hilang, 10,239 juta jiwa terdampak dan mengungsi. Rentetan peristiwa bencana besar yang melanda Indonesia pada tahun 2018 cukup menjadi cambuk bagi bangsa ini untuk menyiapkan diri dari ancaman bencana.
Beberapa kejadian bencana yang menimbulkan korban jiwa, mengungsi maupun berdampak pada kerusakan bangunan baik rumah, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, sarana ibadah, maupun fasilitas publik lainnya diantaranya yaitu: Gempabumi Lombok pada 2 Juli 2018 dan diikuti dengan gempa bermagnitudo lebih besar pada 5 Agustus 2018; Gempabumi yang terjadi di Donggala, Palu, Sigi dan Parimo, Sulawesi Tengah, pada 28 September 2018 dan Tsunami Selat Sunda pada 22 Desember 2018 yang disebabkan pasang tinggi dan longsor bawah laut karena letusan Gunung Anak Krakatau dan berdampak pada kerusakan di daerah pesisir Banten dan Lampung.
Mengapa perlu Hari Kesiapsiagaaan Bencana pada tanggal 26 April?
Sejak disahkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana pada tanggal 26 April 2007 maka terjadi perubahan paradigma penanggulangan bencana dari perspektif responsif ke preventif.
Perubahan paradigma harus diikuti dengan perubahan pola perilaku kita, dimana kita perlu berperan aktif menjaga keseimbangan alam dengan memperhatikan aspek kelestariannya serta mempunyai perilaku yang aman bencana (safety culture)
Perlunya gerakan aksi bersama meningkatkan kapasitas pemerintahan, organisasi, masyarakat, komunitas, keluarga dan individu agar mampu menanggapi suatu situasi bencana secara cepat dan tepat melalui melalui edukasi kebencanaan dan simulasi latihan penanganan bencana secara berkala dan berkesinambungan sesuai arahan Presiden Republik Indonesia
Perlunya latihan kesiapsiagaan dari tingkat yang paling kecil yaitu keluarga dan RW sebagaimana arahan Kepala BNPB.
Tahun 2019, Hari Kesiapsiasiagaan Bencana kembali dilaksanakan bertujuan untuk “Membangun awareness/ kesadaran dan kewaspadaan masyarakat terhadap bencana dengan cara membangun partisipasi semua pihak”.
Dalam latihan kesiapsiagaan serentak diharapkan masyarakat Indonesia dapat berpartisipasi, mulai lingkup terkecil yaitu lingkungan keluarga, komunitas, sekolah/ madrasah/ kampus, lembaga (pemerintah/ swasta/ Lembaga usaha), untuk ikut berpartisipasi melalui berbagai kegiatan kesiapsiagaan bencana seperti edukasi kebencanaan, simulasi evakuasi mandiri, geladi lapang, uji sirine, dll yang dilaksanakan secara serentak.
Pada situasi darurat diperlukan pengambilan keputuasan yang cepat dan tepat untuk mengurangi dampak buruk bencana sehingga kapasitas dan kapabilitas semua pihak terkait kesiapsiagaan bencana perlu dibangun melalui kegiatan latihan kesiapsiagaan secara berkala.
Latihan kesiapsiagaan penting dilakukan oleh individu, keluarga dan komunitas agar kita memiliki insting kesiapsiagaan sehingga pada akhirnya “Seluruh Orang Yang Tinggal Di Wilayah Indonesia Selamat Dari Bencana”.
Tema yang diusung HKB 2019 ini adalah “Kesiapsiagaan Dimulai Dari Diri, Keluaga Dan Komunitas” , karena belajar dari beberapa pengalaman bencana sangat jelas bahwa faktor yang paling menentukan adalah penguasaan pengetahuan penyelamatan yang dimiliki oleh “diri sendiri”, keluarga dan komunitas di sekitarnya.
Pelaksanaan HKB 2019 secara khusus mendorong keterlibatan kaum perempuan terutama peran para ibu dalam membangun ketangguhan keluarga dalam menghadapi situasi darurat bencana lebih digalakan.
Saat bencana kaum ibulah yang paling rentan terkena dampak karena selain harus menyelamatkan dirinya sendiri, seorang ibu juga harus berpikir akan keselamatan anak-anak dan anggota keluarga lainnya. Dampak negatif ketika terjadi bencana diharapkan dapat ditekan melalui peningkatan peran perempuan.
Rangkaian kejadian bencana yang terjadi di beberapa negara menunjukkan bahwa perempuan dan anak-anak berisiko meninggal 14x lebih besar dari pria dewasa (Peterson, 2007). Pada kejadian Cyclone di Bangladesh pada 1991 yang berdampak pada korban jiwa dimana 90% dari korban tersebut adalah perempuan (Ikeda, 1995), badai Katrina di USA menunjukkan bahwa sebagian besar korban adalah ibu-ibu Afro American beserta anaknya, dan pada kejadian Tsunami Aceh 2004 banyak ibu yang meninggal bersama dengan anaknya.
Meski pada beberapa kejadian bencana menunjukkan bahwa perempuan memiliki kerentanan yang lebih besar, namun di sisi lainnya perempuan memiliki peran yang strategis dalam penanggulangan bencana, khususnya dalam membangun kesiapsiagaan bencana di tingkat keluarga.
Perempuan dalam hal kebencanaan, yakni sebagai orang paling terdampak ketika terjadi bencana namun juga memiliki peran yang sangat penting dalam menyelamatkan keluarga dan mendidik anak-anak tentang kebencanaan. Peran perempuan sangat efektif dalam mentransfer pengetahuannya terhadap generasi berikutnya. Perempuan bisa memberikan usulan terhadap perubahan untuk pengurangan risiko bencana dan memperkuat ketahanan komunitas.
Pelaksanaan Hari Kesiapsiagaan Bencana 2019
Kegiatan dilaksanakan secara partisipatif dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan berdasarkan pada asas kesetiakawananan, kegotongroyongan dan kedermawanan dengan mengedepankan pelaksanaan kegiatan peningkatan kapasitas evakuasi bukan seremoni.
Waktu pelaksanaan kegiatan ini ditetapkan sepanjang bulan april 2019, puncak kegiatan latihan pada tanggal 26 April 2019 yang ditandai dengan latihan evakuasi bencana (evacuation drill) secara mandiri (perorangan dan/atau kelompok) secara serentak diberbagai wilayah di Indonesia pada jam 10.00 – 12.00 waktu setempat.
Target Peserta:
Target Peserta ikut dalam Hari Kesiapsiagaan Bencana adalah 50 juta orang, yang terdiri dari laki-laki dan perempuan,
(2) anak-anak, remaja, dewasa, lansia,
(3) kelompok rentan,
(4) penyandang disabilitas dan berkebutuhan khusus. egiatan ini akan diikuti oleh Aparat Pemerintah, Anggota TNI, Anggota POLRI, Aparatur Pemerintah daerah (termasuk pemadam kebakaran, Rumah Sakit, Tagana, dll), Pekerja / Lembaga Usaha, Profesional dan karyawan swasta, Akademisi dan guru sekolah /madrasah, Mahasiswa dan murid sekolah/ Madrasah dan Masyarakat umum. Tempat latihan di lingkungan masing masing antara lain, rumah tinggal, sekolah, kantor, hotel, tempat wisata, rumah sakit, mall, pasar dan semua fasilitas umum.
Para pimpinan dan tokoh dari Pemangku kepentingan diharapkan dapat mendorong masyarakat dalam melakukan simulasi/ latihan di Hari Kesiapsiagaan Bencana yaitu:
(1). Lembaga/kementerian/organisasi;
(2). Sekolah/ Madrasah, Pondok pesantren;
(3). LSM Nasional;
(4). LSM Internasional;
(5). Pengelola Gedung Pemerintah/Swasta;
(6). Perguruan Tinggi;
(7). Lembaga Usaha;
(8). Organisasi Profesi;
(9). Organisasi Kemasyarakatan;
(10).Pengelola Kawasan Perdagangan (Mall/Pasar Tradisional);
(11). Lembaga Keagamaan;
(12). SKPD Terkait dan fasilitas umum lainnya
Untuk info yang lebih detail Tentang Tata Cara Pelaksanaan Simulasi Evakuasi Bencana yang Serentak di Sekolah dalam Rangka Hari Kesiapsiagaan Bencana HKB Tahun 2019 maka silahkan sobat Guru Download Buku Panduan Pelaksanaan Hari Kesiapsiagaan Bencana Tahun 2019 pada tautan yang telah kami sediakan di akhir artikel ini.
Silahkan rekan Guru sekalian Download Buku Juknis Pelaksanaan HKB Tahun 2019 pada tautan yang telah tersedia di bawah ini
buku panduan hkb update buku lainnya
Jangan lupa Bagikan informasi tentang Download Buku Panduan Pelaksanaan Hari Kesiapsiagaan Bencana Tahun 2019 ini ke rekan Guru lainnya agar bermanfaat. Dapatkan update Buku Panduan lainnya langsung ke smartphone anda dengan mengikuti dapodikdasmen disini >> Follow
Untuk mensukseskan pelaksanaan Simulasi Evakuasi Bencana di Sekolah maka diterbitkanlah Buku Panduan Pelaksanaan HKB Tahun 2019 dengan uraian yang akan membuat lebih memahami tentang kegiatan tersebut. Adapun isinya seperti berikut ; Indonesia terletak di kawasan Cincin Api Pasifik yang secara geografis dan klimatologi mempunyai tantangan untuk melindungi dan memperkuat masyarakat dari ancaman risiko bencana.
Disamping itu isi dari Buku Panduan Pelaksanaan Simulasi Evakuasi Bencana Serentak Di Sekolah juga menjelaskan bahwa Pergerakan tiga lempeng tektonik besar, yaitu lempeng Indo Australia di bagian selatan, lempeng Samudera Pasifik di sebelah timur, lempeng Eurasia di sebelah utara (dimana disebagian besar wilayah Indonesia) dan disertai daerah aliran sungai (5.590 DAS) mengakibatkan risiko bencana geologi seperti gempabumi, tsunami, erupsi gunungapi (127 gunung api aktif) maupun gerakan tanah/ longsor.
Dampak pemanasan global dan pengaruh perubahan iklim pada wilayah perairan laut Indonesia cenderung menimbulkan potensi terjadinya berbagai jenis bencana hidrometeorologi, seperti banjir, kekeringan, cuaca dan gelombang ekstrem, abrasi, serta kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Buku Panduan Pelaksanaan HKB Tahun 2019
Dalam Buku Panduan Pelaksanaan Hari Kesiapsiagaan Bencana Tahun 2019 dijelaskan bahwa hasil kajian risiko bencana yang disusun BNPB tahun 2015: jumlah jiwa terpapar risiko bencana kategori sedang-tinggi tersebar di 34 provinsi mencapai 254.154.398 jiwa.
Juga Buku Panduan Pelaksanaan HKB Tahun 2019 memaparkan bahwa Gambaran tren bencana global ke depan juga akan cenderung meningkat karena pengaruh beberapa faktor, seperti: meningkatnya jumlah penduduk; urbanisasi; degradasi lingkungan; kemiskinan; dan pengaruh perubahan iklim Rangkaian kejadian bencana memberikan pelajaran agar kita lebih siap dalam mengurangi dampak buruk bencana: Selama tahun 2018, terdapat 2.572 kejadian bencana, yang mengakibatkan 4.814 jiwa meninggal dunia dan hilang, 10,239 juta jiwa terdampak dan mengungsi. Rentetan peristiwa bencana besar yang melanda Indonesia pada tahun 2018 cukup menjadi cambuk bagi bangsa ini untuk menyiapkan diri dari ancaman bencana.
Beberapa kejadian bencana yang menimbulkan korban jiwa, mengungsi maupun berdampak pada kerusakan bangunan baik rumah, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, sarana ibadah, maupun fasilitas publik lainnya diantaranya yaitu: Gempabumi Lombok pada 2 Juli 2018 dan diikuti dengan gempa bermagnitudo lebih besar pada 5 Agustus 2018; Gempabumi yang terjadi di Donggala, Palu, Sigi dan Parimo, Sulawesi Tengah, pada 28 September 2018 dan Tsunami Selat Sunda pada 22 Desember 2018 yang disebabkan pasang tinggi dan longsor bawah laut karena letusan Gunung Anak Krakatau dan berdampak pada kerusakan di daerah pesisir Banten dan Lampung.
Mengapa perlu Hari Kesiapsiagaaan Bencana pada tanggal 26 April?
Sejak disahkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana pada tanggal 26 April 2007 maka terjadi perubahan paradigma penanggulangan bencana dari perspektif responsif ke preventif.
Perubahan paradigma harus diikuti dengan perubahan pola perilaku kita, dimana kita perlu berperan aktif menjaga keseimbangan alam dengan memperhatikan aspek kelestariannya serta mempunyai perilaku yang aman bencana (safety culture)
Perlunya gerakan aksi bersama meningkatkan kapasitas pemerintahan, organisasi, masyarakat, komunitas, keluarga dan individu agar mampu menanggapi suatu situasi bencana secara cepat dan tepat melalui melalui edukasi kebencanaan dan simulasi latihan penanganan bencana secara berkala dan berkesinambungan sesuai arahan Presiden Republik Indonesia
Perlunya latihan kesiapsiagaan dari tingkat yang paling kecil yaitu keluarga dan RW sebagaimana arahan Kepala BNPB.
Tahun 2019, Hari Kesiapsiasiagaan Bencana kembali dilaksanakan bertujuan untuk “Membangun awareness/ kesadaran dan kewaspadaan masyarakat terhadap bencana dengan cara membangun partisipasi semua pihak”.
Dalam latihan kesiapsiagaan serentak diharapkan masyarakat Indonesia dapat berpartisipasi, mulai lingkup terkecil yaitu lingkungan keluarga, komunitas, sekolah/ madrasah/ kampus, lembaga (pemerintah/ swasta/ Lembaga usaha), untuk ikut berpartisipasi melalui berbagai kegiatan kesiapsiagaan bencana seperti edukasi kebencanaan, simulasi evakuasi mandiri, geladi lapang, uji sirine, dll yang dilaksanakan secara serentak.
Pada situasi darurat diperlukan pengambilan keputuasan yang cepat dan tepat untuk mengurangi dampak buruk bencana sehingga kapasitas dan kapabilitas semua pihak terkait kesiapsiagaan bencana perlu dibangun melalui kegiatan latihan kesiapsiagaan secara berkala.
Latihan kesiapsiagaan penting dilakukan oleh individu, keluarga dan komunitas agar kita memiliki insting kesiapsiagaan sehingga pada akhirnya “Seluruh Orang Yang Tinggal Di Wilayah Indonesia Selamat Dari Bencana”.
Tema yang diusung HKB 2019 ini adalah “Kesiapsiagaan Dimulai Dari Diri, Keluaga Dan Komunitas” , karena belajar dari beberapa pengalaman bencana sangat jelas bahwa faktor yang paling menentukan adalah penguasaan pengetahuan penyelamatan yang dimiliki oleh “diri sendiri”, keluarga dan komunitas di sekitarnya.
Pelaksanaan HKB 2019 secara khusus mendorong keterlibatan kaum perempuan terutama peran para ibu dalam membangun ketangguhan keluarga dalam menghadapi situasi darurat bencana lebih digalakan.
Saat bencana kaum ibulah yang paling rentan terkena dampak karena selain harus menyelamatkan dirinya sendiri, seorang ibu juga harus berpikir akan keselamatan anak-anak dan anggota keluarga lainnya. Dampak negatif ketika terjadi bencana diharapkan dapat ditekan melalui peningkatan peran perempuan.
Rangkaian kejadian bencana yang terjadi di beberapa negara menunjukkan bahwa perempuan dan anak-anak berisiko meninggal 14x lebih besar dari pria dewasa (Peterson, 2007). Pada kejadian Cyclone di Bangladesh pada 1991 yang berdampak pada korban jiwa dimana 90% dari korban tersebut adalah perempuan (Ikeda, 1995), badai Katrina di USA menunjukkan bahwa sebagian besar korban adalah ibu-ibu Afro American beserta anaknya, dan pada kejadian Tsunami Aceh 2004 banyak ibu yang meninggal bersama dengan anaknya.
Meski pada beberapa kejadian bencana menunjukkan bahwa perempuan memiliki kerentanan yang lebih besar, namun di sisi lainnya perempuan memiliki peran yang strategis dalam penanggulangan bencana, khususnya dalam membangun kesiapsiagaan bencana di tingkat keluarga.
Perempuan dalam hal kebencanaan, yakni sebagai orang paling terdampak ketika terjadi bencana namun juga memiliki peran yang sangat penting dalam menyelamatkan keluarga dan mendidik anak-anak tentang kebencanaan. Peran perempuan sangat efektif dalam mentransfer pengetahuannya terhadap generasi berikutnya. Perempuan bisa memberikan usulan terhadap perubahan untuk pengurangan risiko bencana dan memperkuat ketahanan komunitas.
Pelaksanaan Hari Kesiapsiagaan Bencana 2019
Kegiatan dilaksanakan secara partisipatif dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan berdasarkan pada asas kesetiakawananan, kegotongroyongan dan kedermawanan dengan mengedepankan pelaksanaan kegiatan peningkatan kapasitas evakuasi bukan seremoni.
Waktu pelaksanaan kegiatan ini ditetapkan sepanjang bulan april 2019, puncak kegiatan latihan pada tanggal 26 April 2019 yang ditandai dengan latihan evakuasi bencana (evacuation drill) secara mandiri (perorangan dan/atau kelompok) secara serentak diberbagai wilayah di Indonesia pada jam 10.00 – 12.00 waktu setempat.
Target Peserta:
Target Peserta ikut dalam Hari Kesiapsiagaan Bencana adalah 50 juta orang, yang terdiri dari laki-laki dan perempuan,
(2) anak-anak, remaja, dewasa, lansia,
(3) kelompok rentan,
(4) penyandang disabilitas dan berkebutuhan khusus. egiatan ini akan diikuti oleh Aparat Pemerintah, Anggota TNI, Anggota POLRI, Aparatur Pemerintah daerah (termasuk pemadam kebakaran, Rumah Sakit, Tagana, dll), Pekerja / Lembaga Usaha, Profesional dan karyawan swasta, Akademisi dan guru sekolah /madrasah, Mahasiswa dan murid sekolah/ Madrasah dan Masyarakat umum. Tempat latihan di lingkungan masing masing antara lain, rumah tinggal, sekolah, kantor, hotel, tempat wisata, rumah sakit, mall, pasar dan semua fasilitas umum.
Para pimpinan dan tokoh dari Pemangku kepentingan diharapkan dapat mendorong masyarakat dalam melakukan simulasi/ latihan di Hari Kesiapsiagaan Bencana yaitu:
(1). Lembaga/kementerian/organisasi;
(2). Sekolah/ Madrasah, Pondok pesantren;
(3). LSM Nasional;
(4). LSM Internasional;
(5). Pengelola Gedung Pemerintah/Swasta;
(6). Perguruan Tinggi;
(7). Lembaga Usaha;
(8). Organisasi Profesi;
(9). Organisasi Kemasyarakatan;
(10).Pengelola Kawasan Perdagangan (Mall/Pasar Tradisional);
(11). Lembaga Keagamaan;
(12). SKPD Terkait dan fasilitas umum lainnya
Untuk info yang lebih detail Tentang Tata Cara Pelaksanaan Simulasi Evakuasi Bencana yang Serentak di Sekolah dalam Rangka Hari Kesiapsiagaan Bencana HKB Tahun 2019 maka silahkan sobat Guru Download Buku Panduan Pelaksanaan Hari Kesiapsiagaan Bencana Tahun 2019 pada tautan yang telah kami sediakan di akhir artikel ini.
Download Buku Panduan Pelaksanaan HKB Tahun 2019
Silahkan rekan Guru sekalian Download Buku Juknis Pelaksanaan HKB Tahun 2019 pada tautan yang telah tersedia di bawah ini
BAGIKAN KE